Imam Al Ghazali dalam Kitab Ihya Ulumiddin menjelaskan bahwa puasa orang yang awam adalah puasa orang-orang pada umumnya. Yaitu, dengan menahan diri dari makan, minum, serta mencegah kemaluan dari bersenggama sejak memasuki waktu Subuh hingga Maghrib. Inilah tingkatan puasa dengan nilai yang terendah.
Ada pula tingkatan puasa bagi hamba yang khusus (khawwash). Yaitu puasa yang tidak hanya sekadar menahan diri dari memenuhi keinginan perut serta berhubungan suami istri di siang hari. Akan tetapi puasa di tingkatan ini juga menjaga pendengaran, penglihatan, lidah, tangan, kaki dan semua anggota tubuh lainnya dari segala perbuatan dosa maupun maksiat.
Selanjutnya, ada puasa pada tingkatan yang spesial (khawwash al-khawwash), yaitu puasa yang tertinggi nilai maupun tingkatannya. Orang pada tingkatan ini sudah mampu mengendalikan qalbu dari dorongan nafsu dan pikiran duniawi.
Qalbu serta pikirannya hanya tertuju kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Sedangkan pandangannya kepada dunia tidak lebih hanya sekadar tempat untuk beramal shalih, sebagai bekal dan persiapan bagi kehidupan di negeri akhirat yang lebih kekal.
Imam Al Ghazali bergelar Hujjatul Islam dan Mujaddid Al-Qarn Al-Khamis dalam kitabnya menjelaskan bahwa seorang yang bijak pernah mengatakan:
“Siapa saja yang pada siang hari di bulan puasa (Ramadhan) qalbunya tergerak atau tertuju untuk mengumpulkan bahan makanan serta minuman sebagai bekal berbuka puasa nanti, niscaya akan dituliskan baginya satu kekurangan (cela atas nilai puasanya).”
Tingkatan puasa spesial atau tingkatan yang tertinggi seperti hanya dimiliki oleh para Rasul, Nabi, shiddiqin dari muqarrabin. Mereka ikhlas mengorbankan seluruh jiwa raga serta harta hanya untuk mencari keridhaan Allah SWT. Mereka menghadapkan pikiran sepenuhnya kepada Allah Azza wa Jalla.
Mengenai puasa pada tingkatan yang khusus atau kedua, bisa di pahami dalam puasa di tingkatan ini seseorang telah mampu mencegah seluruh anggota badannya dari perbuatan dosa dan maksiat. Inilah puasa orang yang shalih.
Untuk menjamin kesempurnaan puasa di tingkatan kedua, ada enam amalan yang bisa dilakukan.