MUSLIMUP.ID – Kepala Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH), Ahmad Haikal Hasan, menegaskan bahwa Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi pemimpin dalam industri halal global. Namun, hingga saat ini, kontribusi Indonesia di pasar halal dunia masih tergolong kecil, yakni hanya sekitar 3% dari total perdagangan produk halal internasional.
“Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah serta pangsa pasar domestik yang besar. Namun, kita masih tertinggal dalam ekspor produk halal. Untuk itu, langkah cepat dan strategis sangat diperlukan agar kita bisa bersaing di level global,” ujar Haikal Hasan saat memberikan sambutan dalam acara Indonesia Muslim Market Outlook 2025 di Jakarta, Rabu (6/3/2025).
Acara yang diselenggarakan oleh Rumah Zakat bekerja sama dengan Inventure ini juga menjadi momen peluncuran buku berjudul Muslim 5.0: Muslim Market Megashift 2025 . Buku tersebut membahas tren perubahan pasar Muslim ke depan, termasuk tantangan dan peluangnya.
Dalam kesempatan yang sama, CEO Rumah Zakat, Irvan Nugraha, menekankan pentingnya penguatan ekosistem ekonomi syariah di Tanah Air. “Kami berada di dalam ekosistem keuangan syariah, yang artinya kami memiliki tanggung jawab besar untuk mendukung pertumbuhan ekonomi sosial berbasis syariah. Salah satu upaya kami adalah mendampingi pelaku usaha dalam proses sertifikasi halal untuk mendorong perkembangan industri halal nasional,” ungkap Irvan.
Capaian Ekspor Produk Halal 2024
Data dari Kementerian Perdagangan (Kemendag) mencatat bahwa pada periode Januari hingga Oktober 2024, nilai ekspor produk halal Indonesia mencapai USD 41,42 miliar atau setara Rp673,90 triliun. Surplus neraca perdagangan produk halal pun tercatat sebesar USD 29,09 miliar, berdasarkan laporan Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS).
Sektor makanan olahan masih menjadi penyumbang terbesar dalam ekspor produk halal, dengan nilai mencapai USD 33,61 miliar. Disusul oleh pakaian Muslim senilai USD 6,83 miliar, farmasi sebesar USD 612,1 juta, dan kosmetik sebesar USD 362,83 juta. Negara tujuan utama ekspor produk halal Indonesia meliputi Amerika Serikat, Tiongkok, India, Pakistan, dan Malaysia.
Meski demikian, Haikal Hasan mengingatkan bahwa Indonesia tidak boleh berpuas diri dengan capaian tersebut. “Kita harus terus berupaya meningkatkan efisiensi dan fleksibilitas proses sertifikasi halal tanpa mengorbankan standar ketat yang telah ditetapkan. Semua ini demi menjadikan Indonesia sebagai pusat industri halal dunia,” tegasnya.
Tantangan dan Harapan Masa Depan
Haikal menambahkan, salah satu tantangan utama bagi Indonesia adalah mempercepat proses sertifikasi halal agar lebih mudah, murah, dan cepat. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan daya saing produk lokal di pasar internasional.
Di sisi lain, Irvan Nugraha menyoroti pentingnya sinergi antara pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat dalam membangun ekosistem halal yang kuat. “Penguatan ekonomi syariah bukan hanya soal profit semata, tetapi juga tentang bagaimana kita bisa berkontribusi positif bagi kesejahteraan umat,” pungkasnya.
Dengan potensi besar yang dimiliki, Indonesia diharapkan mampu memanfaatkan momentum ini untuk menjadi pemain utama dalam industri halal global. Namun, kolaborasi lintas sektor dan inovasi terus-menerus akan menjadi kunci keberhasilan dalam mewujudkan visi tersebut.